-->
Zat warna naftol atau azoic adalah zat warna yang warnanya terbentuk didalam serat pada saat pencelupan dan merupakan hasil reaksi komponen senyawa naftol dengan senyawa diazonium. Zat warna naftol juga disebut ingrain colors karena terbentuk didalam serat dan tidak larut didalam air. Senyawa yang terjadi pada zat warna naftol mempunyai gugusan azo (azoic color). Dalam reaksi diazotasi memerlukan es untuk memperoleh suhu rendah maka zat warna naftol juga sering disebut ice color.
Proses pencelupan/pembentukan zat warna naftol dapat digambarkan sebagai berikut :
A. Pelarutan senyawa naftol dengan kostik soda untuk memperoleh larutan yang jernih dari senyawa natrium naftolat yang terionisasi. Dalam pelarutan ini sering dilakukan pemanasan.
Reaksi :







-->
B. Pencelupan bahan textile dengan larutan naftolat dapat dikerjakan dengan pad roll atau dengan sistem biasa didalam bejana celup. Karena daya serap naftol kecil, maka perlu penambahan NaCl untuk mendorong penyerapan. Setelah bahan tercelup sempurna perlu direaksikan degan senyawa diazonium.

C. Reaksi diazotasi yang tidak larut didalam air dilakukan didalam bejana setelah dilarutkan dengan asam klorida atau asam sulfat. Garam diazonium dapat berupa basa naftol yang telah didiazotasi. Reaksi diazotasi perlu suhu rendah agar garam diazonium yang terbentuk tidak banyak yang mengurai. Larutan natrium nitrit yang ditambahkan kedalam larutan basa amino dapat sekaligus atau secara bertahap.
Reaksi :


-->



D. Reaksi pembangkitan
Merupakan reaksi antara naftol dengan garam diazonium yang memberikan suatu pigmen naftol yang terbentuk di dalam serat.
Reaksi :





-->
E. Setelah reaksi pembangkitan selesai, bahan tekstil yang sudah dicelup dikerjakan proses penyabunan dengan larutan sabun pada suhu 60oC untuk menghilangkan pigmen-pigmen zat warna yang menempel pada permukaan bahan. Proses pencucian juga berfungsi untuk memperbaiki tahan gosok dan mempertinggi kilap pigmen yang terbentuk.


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Zat Warna Naftol

1. Pengaruh Elektrolit
Substantifitas zat warna naftol pada umumnya kecil, sehingga pada proses pencelupan diperlukan penambahan elektrolit, misalkan : NaCl/Na Sulfat.
Kualitas dan kuantitasnya juga perlu diperhatikan. Elektrolit yang ditambahkan tidak terlalu banyak mengandung ion logam sebagai penyebab kesadahan.











2. Pengaruh perbandingan larutan celup
Karena substantifitas zat warna naftol pada umumnya kecil, maka pencelupan dengan perbandingan larutan celup yang kecil dapat meningkatkan substantifitasnya.

3. Pengaruh udara
Larutan naftolat pada umumnya kurang stabil terhadap pengaruh udara, terutama udara lembab. Hal ini dapat mengendapkan kembali larutan naftolat menjadi pigmen zat warna naftol.









-->
Untuk mencegah pengendapan larutan naftolat dapat ditambahkan formaldehida yang dapat mengikat naftolat dengan jembatan metilen, sehingga dapat mempertinggi kestabilannya dan memperlambat pembangkitannya.
4. Pengaruh PH
Reaksi pembangkitan berlangsung sangat labat pada PH yang rendah. Proses pembangkitan menggunakan basa naftolat yang didiazotasi, maka PH larutan sangat rendah. Karena adanya asam klorida yang berlebihan, oleh karena itu perlu dinetralkan dengan Na Asetat sehingga PH larutan berkisar 4,5.
Reaksi pembangkitan juga berjalan lambat dalam larutan yang bersifat alkalis. Na Hidroksida yang tertinggal pada serat menyebabkan timbulnya pengaruh alkali. Oleh karena itufaktor pemerasan sesudah pencelupan dengan larutan naftolat sangat penting peranannya.
Untuk mencegahnya, proses pembangkitan perlu ditambahkan asam asetat. Campuran Na asetat dan H asetat merupakan larutan penyangga yang dapat menjaga PH agar stabil.
Download File Disini -->

0 comments:

top